"TUMENGGUNG BAHUREKSO"
Adipati Kendal dan Panglima Perang
Pemberani dari Mataram
Dikisahkan
tntang Negri Mataram yg damai sejahtera pada masa kepemimpinan RAJA SULTAN
AGUNG HANYONGKRO KUSUMO, yg menguasai seluruh pulau jawa dan sekitarnya, pada
masa itu belanda telah memasuki tanah jawa pada thn 1596, "BABAT
PEKALONGAN" brmula dari kisah seorang pemuda yg bernama JOKO BAHU putra
KI-AGENG CEMPALUK yg ingin mengabdikan diri dikerajaan mataram. JOKO BAHU
berasal dr desa kecil yg brnama kesesi, karna ki ageng cempaluk adalah bekas
punggawa mataram konon kesaktian ki ageng cempaluk tdk diragukan lg, maka tanpa
pertimbangan sultan agung menrima bakti joko bahu.
Tumenggung Bahurekso adalah seorang pemuda
bernama Joko Bahu seorang abdi dalem kerajaan Mataram. Joko Bahu dikenal sebagai
seorang yang mencintai dan pekerja keras hingga Joko Bahu pun berhasil
memajukan daerahnya. Atas keberhasilan itulah akhirnya Sultan Agung Adi Prabu
Hanyokrokusumo mengangkatnya menjadi Bupati Kendal bergelar Tumenggung
Bahurekso. Selain itu Tumenggung Bahurekso juga diangkat sebagai Panglima
Perang Mataram pada tanggal 26 Agustus 1628 untuk memimpin puluhan ribu
prajurit menyerbu VOC di Batavia. Pada pertempuran tanggal 21 Oktober 1628 di
Batavia Tumenggung Bahurekso beserta ke dua putranya gugur sebagai Kusuma
Bangsa. Dari perjalanan Sang Tumenggung Bahurekso memimpin penyerangan VOC di
Batavia pada tanggal 26 Agustus 1628 itulah kemudian dijadikan patokan sejarah
lahirnya Kabupaten Kendal.
Perkembangan
lebih lanjut dengan momentum gugurnya Tumenggung Bahurekso sebagi penentuan
Hari jadi dinilai beberapa kalangan kurang tepat. Karena momentum tersebut
merupakan sejarah kelam bagi seorang tokoh yang bernama Bahurekso. Sehingga
bila tanggal tersebut diambil sebagai momentum hari jadi dikhawatirkan akan
membawa efek psikologis. Munculnya istilah "gagal dan gugur" dalam
mitologi Jawa dikawatirkan akan membentuk bias-bias kejiwaan yang berpengaruh
pada perilaku pola rasa, cipta dan karsa warga Kabupaten Kendal, sehingga
dirasa kurang tepat jika dijadikan sebagai pertanda awal mula munculnya
Kabupaten Kendal.
SAKSI PERJUANGAN TUMENGGUNG BAHUREKSO DI PEGANDON
Masjid “NURut
TAQWA” Penanggulan Pegandon, Kendal, jawa tengah 7 km kearah barat daya kota
Kendal, keberadaannya terlepas dari karisma seorang tokoh kerajaan MAtaram
Islam, yakni Tumenggung Bahurekso yang pernah menyerang Batavia (Jakarta) untuk
mengusir Kompeni Belanda ketika Mataram diperintahkan Sultan Agung.
Akibat kegagalan yang dialami oleh prajurit Mataram, akhirnya mereka mengundurkan diri dan kembali ke mataram, namun sebelumnya sempat tinggal lama diPegandon dan pengikut Tumenggung Bahurekso Tumenggung Bahurekso, diantara prajurit Kiai Jumerto yang berdakwah didaerah Jumerto, Kiai Jebeng didaerah Jebeng, Kiai Srogo didaerah Srogo, Kiai Puguh didaerah Puguhl, Kiai Poloso didaerah Ploso yang semuanya masih berdekatan dengan daerah Pegandon. Prajurit Tumenggung Bahurekso juga membangun bui (penjara) diselatan masjid. Namun peninggalannya tidak dapat dijumpai lagi akibat diterjang banjir.
Menurut penuturan Kiai Haya’ yang masih ada trah (Keturunan) Tumenggung Bahurekso,di Pegandon Tumenggung Bahurekso dikenal dengan sebutan “MBAH SULAIMAN”, tetapi, ada yang menyebut “SINGONEGORO” “MBAH SULAIMAN” atau “BAHUREKSO” atau “SINGONEGORO” Bin Mearh Bin Batoro Katong (Sunan Katong) yang merupakan trah dari Brawijaya V Raja Majapahit yang makamnya di Kaliwungu. Menurut Kiai Haya’ (Gg.Delima – Penanggulan) tidak tahu persis siapa yang membangun masjid tersebut, namun diyakini lebih tua dari masjid keramat Pekuncen. Sunan Benowo pun Sewaktu-waktu berguru pada “MBAH SULAIMAN” alias “TUMENGGUNG BAHUREKSO”
Akibat kegagalan yang dialami oleh prajurit Mataram, akhirnya mereka mengundurkan diri dan kembali ke mataram, namun sebelumnya sempat tinggal lama diPegandon dan pengikut Tumenggung Bahurekso Tumenggung Bahurekso, diantara prajurit Kiai Jumerto yang berdakwah didaerah Jumerto, Kiai Jebeng didaerah Jebeng, Kiai Srogo didaerah Srogo, Kiai Puguh didaerah Puguhl, Kiai Poloso didaerah Ploso yang semuanya masih berdekatan dengan daerah Pegandon. Prajurit Tumenggung Bahurekso juga membangun bui (penjara) diselatan masjid. Namun peninggalannya tidak dapat dijumpai lagi akibat diterjang banjir.
Menurut penuturan Kiai Haya’ yang masih ada trah (Keturunan) Tumenggung Bahurekso,di Pegandon Tumenggung Bahurekso dikenal dengan sebutan “MBAH SULAIMAN”, tetapi, ada yang menyebut “SINGONEGORO” “MBAH SULAIMAN” atau “BAHUREKSO” atau “SINGONEGORO” Bin Mearh Bin Batoro Katong (Sunan Katong) yang merupakan trah dari Brawijaya V Raja Majapahit yang makamnya di Kaliwungu. Menurut Kiai Haya’ (Gg.Delima – Penanggulan) tidak tahu persis siapa yang membangun masjid tersebut, namun diyakini lebih tua dari masjid keramat Pekuncen. Sunan Benowo pun Sewaktu-waktu berguru pada “MBAH SULAIMAN” alias “TUMENGGUNG BAHUREKSO”
Sumber: Informasi dan foto diambil dari berbagai sumber terdahulu dan Google Image
Hengki Gunawan
Komentar
Posting Komentar